Friday 5 October 2012

Pengalaman Pertamaku

0 comments
Pengalaman pertamaku di tengah-tengah orang berorasi memperjuangkan kepentingan rakyat dan menghajar penguasa-penguasa yang tidak pro rakyat. dengan kata-kata dan semangat yang mematikan. Hari jumat pada minggu pertama bulan oktober 2012 di depan gedung KPK. Kenapa bisa sampai sana? yah, pertanyaan itu mungkin terlintas di pikiran teman-teman yang mengenalku dengan baik. Bukan berarti aku tidak perduli dengan perjuangan-perjuangan semacam itu, jelas aku mendukung teman-teman pergerakan memperjuangkan nasib rakyat, siapa lagi kalo bukan mereka.

Akan tetapi memang selama ini aku tidak pernah terlibat dengan aksi-aksi semacam itu, selama menjadi mahasiswa aku adalah model mahasiswa yang pemalas, paling suka bermain-main, sibuk dalam kesenian tetapi juga suka berdiskusi, terutama dengan yang berhubungan dengan keadaan negara ini. Walaupun karakter "rock rock asem" menyusup dalam diriku.(kadang bersemangat, kadang melemah)

Berada bersama teman-teman itu, rasa bergemuruh terdengar oleh telingaku muncul dari serat-serat daging yang tertempel pada tulangku. Merasakan panas bersama (walaupun lebih pendek waktunya), berandai-andai sebagai bagian dari mereka (tetapi pada dasarnya siapapun yang berwarga negara Indonesia yang anti terhadap penjajah-penjajah pribumi juga bagian dari mereka), mencuri-curi suara dan ikut meneriakkan selogan-selogan prorakyat. Seorang temanlah yang mengajakku bergabung dalam aksi siang itu, dia merupakan bagian dalam suatu kelompok pemuda-pemudi indonesia yang juga bergabung dalam kelompok aksi tersebut. Dulu aku pernah dan sempat berfikir, apa coba fungsinya?berteriak-teriak tanpa ada kepastian mereka (para penguasa) mendengar atau tidak, percuma kan, sudah panas, haus dan menghabiskan tenaga pula. Dulu, aksi tahun 1998 memang terbukti bisa menggerakkan roda pemerintahan dan menjatuhkan orde baru, akan tetapi melihat perkembangan akhir-akhir ini (terutama mahasiswa) beberapa aksi yang terjadi malah berujung kekerasan, perusakan fasilitas umum dan hal itu jelas malah merugikan dan membuat citra mahasiswa sebagai pelajar yang dianggap paling bisa diandalkan untuk menopang masa depan negara menjadi buruk, anarkis dan selalu berpikir jangka pendek. Simpatikupun jelas menurun, apalagi pada saat itu aku masih berstatus mahasiswa, selalu dikritik oleh tetangga-tetanggaku "walah mahasiswa maneh mahasiswa maneh".

Hmm, tetapi ketika merasakan sendiri berada di tengah-tengah semangat para aktivis muda dan tua yang meneriakkan beberapa slogan demi keadilan rakyat, membuatku berfikir, hal ini bermanfaat jelas-jelas bermanfaat untuk memperbaiki kinerja pemerintah demi kemakmuran dan keadilan rakyat, karena semakin banyak kritikan maka akan lebih terintropeksi pula sebuah lembaga ataupun individu. Pikiran kedua yang muncul mengenai sikap aktivis ataupun mahasiswa yang rusuh, dengan situasi panas, lelah dan dengan penjagaan yang ketat serasa para aktivis adalah musuh atau teroris maka bentrokpun sangat mungkin terjadi dan juga mungkin bentrok merupakan salah satu cara (yang terburuk menurutku) agar para penguasa mendengar tuntutan dan menjadikan aksi tersebut sebagai peringatan serta aksi yang serius, harapannya tuntutan tersebut akan bisa sampai dan menjadi persoalan yang harus didiskusikan oleh para penguasa tersebut.

Bergabung dan merasakan langsung sebuah aksi di tengah-tengah para aktivis merupakan pengalaman yang inspiration, tertular semangat para aktivis, berjuang melawan ketidakadilan para raja hutan. 


Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...